BLANTERORIONv101

Apakah Bangkrutnya Sritex Bisa Berdampak pada Industri Lain? Ini Sebabnya

6 Maret 2025


medianusantara-news.com -- Penutupan total PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menjadi pukulan besar bagi industri tekstil di Indonesia. Sebagai salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara, kejatuhan Sritex menimbulkan kekhawatiran akan dampak lebih luas terhadap sektor industri lainnya. Banyak pihak bertanya-tanya, apakah nasib serupa bisa menimpa perusahaan lain, terutama di sektor manufaktur?

Penyebab utama bangkrutnya Sritex dikaitkan dengan berbagai faktor, mulai dari tekanan finansial, persaingan global, hingga berkurangnya permintaan akibat dampak pandemi. Beban utang yang besar serta kenaikan biaya produksi turut mempercepat kejatuhan perusahaan ini. Tidak hanya itu, perubahan tren industri tekstil yang semakin mengarah ke produk berbasis keberlanjutan juga membuat Sritex kesulitan beradaptasi.

Krisis di industri tekstil ini dikhawatirkan dapat menular ke sektor lain, seperti industri garmen, perdagangan ritel, hingga ekspor-impor bahan baku. Banyak perusahaan yang bergantung pada pasokan dari Sritex, dan dengan berhentinya produksi, mereka harus mencari alternatif lain yang mungkin lebih mahal atau sulit diperoleh.

Selain itu, penutupan Sritex berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ribuan karyawan. Efek domino ini bisa merambah ke sektor ekonomi lain, seperti daya beli masyarakat yang menurun, meningkatnya angka pengangguran, hingga berkurangnya investasi di sektor manufaktur dalam negeri.

Beberapa pengamat ekonomi menilai bahwa jika pemerintah tidak segera mengambil langkah antisipatif, potensi kebangkrutan perusahaan lain bisa semakin besar. Faktor-faktor seperti lemahnya regulasi perlindungan industri lokal, lonjakan impor produk tekstil murah, dan ketidakstabilan nilai tukar rupiah juga berkontribusi terhadap krisis ini.

Namun, di sisi lain, ada peluang bagi industri untuk beradaptasi dan bertahan. Perusahaan yang mampu mengadopsi teknologi digital, meningkatkan efisiensi produksi, serta beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan mungkin dapat bertahan di tengah situasi yang sulit ini. Selain itu, insentif pemerintah dalam bentuk stimulus ekonomi dan kebijakan proteksi industri dalam negeri juga bisa membantu mencegah kejatuhan lebih lanjut.

Dengan kondisi yang masih penuh ketidakpastian, masa depan industri tekstil dan sektor terkait lainnya sangat bergantung pada kebijakan strategis yang diambil oleh perusahaan, investor, dan pemerintah. Kejatuhan Sritex bisa menjadi peringatan bagi pelaku industri lainnya untuk lebih siap menghadapi perubahan ekonomi global yang semakin dinamis.

Komentar