medianusantara-news.com -- Ketegangan diplomatik mencuat antara Malaysia dan Indonesia setelah munculnya kesepakatan antara Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Terpilih Indonesia Prabowo Subianto terkait wilayah Ambalat. Isu ini langsung menjadi perbincangan hangat di Negeri Jiran karena wilayah perairan tersebut selama ini menjadi sumber sengketa antara kedua negara.
Kesepakatan yang belum diumumkan secara resmi tersebut disebut-sebut membahas penegasan batas maritim dan kerja sama eksplorasi sumber daya alam di kawasan Ambalat. Reaksi keras datang dari sebagian kalangan politik Malaysia yang menilai perjanjian itu bisa melemahkan posisi tawar mereka dalam sengketa yang belum tuntas.
Di sisi lain, pemerintahan Indonesia menyambut baik upaya diplomasi yang dilakukan secara langsung oleh kedua pemimpin. Menurut sumber internal, pendekatan yang diambil Anwar dan Prabowo bersifat progresif dan difokuskan pada penyelesaian damai demi menjaga stabilitas kawasan.
Ambalat sendiri merupakan wilayah kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak dan gas bumi, yang berada di perairan Kalimantan Timur. Selama bertahun-tahun, wilayah ini menjadi titik panas sengketa perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, walau belum pernah berkembang menjadi konflik bersenjata.
Pengamat hubungan internasional menyebut kesepakatan ini sebagai peluang besar untuk membangun hubungan bilateral yang lebih harmonis. Namun, mereka juga mengingatkan pentingnya transparansi dan dukungan publik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antar warga kedua negara.
Media-media di Malaysia mulai memuat kritik terhadap Anwar Ibrahim, menyebutnya terlalu lunak terhadap Indonesia. Beberapa pihak menuntut penjelasan terbuka mengenai isi kesepakatan dan bagaimana hal itu berdampak terhadap kedaulatan nasional Malaysia.
Sementara itu, pihak Indonesia meminta semua pihak menahan diri dan tidak berspekulasi. Pemerintah memastikan bahwa semua langkah yang diambil dalam diplomasi Ambalat didasarkan pada prinsip saling menghormati dan mencari jalan tengah terbaik untuk kepentingan kedua negara.
Social Media